Teks Khutbah Jumat 17 Mei 2024: Mempersiapkan Niat Sebelum Haji
Contoh teks khutbah Jumat bulan Zulkaidah atau Dzulqadah 2024 dengan tema mempersiapkan niat sebelum Haji. Naskah khutbah Jumat Dzulqadah 2024 dalam artikel ini berkaitan momen bulan Dzulqadah yang merupakan awal bulan Haji. Dalam khutbah Jumat Dzulqadah 2024 ini akan diterangkan bagaimana umat Islam dapat mensyukuri nikmat keberangkatan calon jamaah haji dari Indonesia.
Khotib dapat mengingatkan bahwa haji bukanlah untuk pamer status, melainkan harus menata niat menjadi Haji yang mabrur dan diridhoi oleh Allah SWT. Adapun contoh teks khutbah Jumat ini dapat dibacakan ketika khutbah salat Jumat pada hari ini, Jumat, 17 Mei 2024. Simak contoh khutbah jumat berikut ini, dilansir dari laman Pondok Pesantren Lirboyo .
Mengawali khutbah yang singkat ini, kami berpesan kepada diri sendiri khususnya dan kepada hadirin sekalian untuk selalu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Swt. Dengan tetap menjalankan semua perintah Nya dan menjauhi semua yang dilarang Nya. Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 11 Halaman 6 Kurikulum Merdeka, Kegiatan 2 Soal Pangan Lokal Halaman all Kunci Jawaban Bahasa Inggris Kelas 12 Halaman 6 dan 7 Semester 2, Dialog: Offering Help/Service Halaman all
Kunci Jawaban PAI Kelas 12 Halaman 31 37 Kurikulum Merdeka, Penilaian Pengetahuan Bab 1 Halaman all Paslon Bermunculan Jelang Pilkada Lhokseumawe 2024, Haji Domet: Harus Optimalkan Potensi Perikanan Serambinews.com Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 9 Halaman 14, 15, 16: Menyimpulkan Informasi Laporan Percobaan Halaman all
Ketahuilah bahwa pada saat ini kita telah memasuki salah satu bulan yang mulia yakni bulan Dzul qo’dah. Bulan yang merupakan permulaan bulan haji ini merupakan salah satu dari ke empat bulan yang dimuliakan. Allah Swt. Berfirman: “Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, sebagaimana dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan yang diagungkan (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab)” (QS at Taubah: 36) Selain itu bulan Dzulqo’dah merupakan awal dari bulan haji, bulan di mana umat muslim dari seluruh dunia berbondong bondong menuju Makkah dan Madinah, berziarah ke kota di mana pertama kali agama Islam menampakkan cahayanya dari kota tersebut.
Sahabat Anas bin Malik Radliyallahu ‘anhu meriwayatkan: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berumrah sebanyak empat kali, semuanya pada bulan Dzulqa’dah kecuali umrah yang dilaksanakan bersama haji beliau, yaitu satu umrah dari Hudaibiyah, satu umrah pada tahun berikutnya, satu umrah dari Ji’ranah ketika membagikan rampasan perang Hunain dan satu lagi umrah bersama haji” (HR al Bukhari). Pada tahun ini alhamdulilah kita patut bersyukur, sebab pemerintah Indonesia sudah mendapatkan izin dari pemerintah Arab Saudi untuk memberangkatkan para calon jamaah haji dari Indonesia.
Dengan adanya nikmat ini, kita patut mengingat bahwa ibadah haji bukanlah untuk memamerkan status sosial. Sangat disayangkan sekali andai saja ada orang yang berangkat haji hanya untuk dipanggil sebagai Bpk. Haji fulan, bahkan sampai hati orang tersebut berulang kali berangkat haji dan setiap tahun berangkat umrah sementara orang di sekitar, ekonominya masih kekurangan, masih ada yang kelaparan, masih ada anak yang tidak berkesempatan mengenyam bangku sekolahan. Sayyid Abdurrahman ibn Muhammad ba’alawi dalam karangan beliau mengatakan, haram hukumnya berangkat haji sementara masih ada tetangganya yang kelaparan. Selain itu hendaknya kita mengingat bahwa haji yang diterima di sisi Allah Swt. adalah haji mabrur, dalam sebuah hadis Rasulullah Saw. bersabda:
“Dari Abu Hurairah Radhiallahu ’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Ibadah umrah ke ibadah umrah berikutnya adalah penggugur (dosa) di antara keduanya, dan haji yang mabrur tiada balasan (bagi pelakunya) melainkan surga” (HR al Bukhari dan Muslim). Syeikh Ibrohim al Khowas Rohimahulloh mengatakan, termasuk tanda tanda haji mabrur adalah mendapat mahkota ridho dari Allah Swt., setelah kembali dari haji ia membawa hadiah berupa akhlak yang terpuji, selalu menjaga diri dari perbuatan dosa, tidak melihat orang lain dengan pandangan yang merendahkan dan tidak sudi untuk memperebutkan harta dunia sampai akhir hayatnya. Kita tentu tidak ingin ibadah yang kita lakukan tidak bernilai di sisi Allah Swt. apalagi dapat mendatangkan murka dari Allah Swt. Maka dari itu marilah kita kembali menata hati kita, menata niat di setiap ibadah yang kita lakukan hanya untuk Allah Swt.
Artikel ini merupakan bagian dari KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.